Yon Moeis
Wartawan Tempo
Kerisauan Eddy Syahputra adalah kegelisahan Gustavo Chena, yang juga menjadi kecemasan para pemain asing. Daftar hitam pemain asing yang dikeluarkan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia secara tidak langsung telah mengaduk-aduk perasaan yang terlibat di sana, yang tentu saja bisa membuat mereka tak nyaman.
Bagi Eddy, pemilik agen pemain (asing) Ligina Sportindo, kerisauan itu masih bisa dia atasi untuk tidak berkepanjangan dan menusuk hatinya. Di dalam Escudo hitamnya, dia masih mampu berdendang Munajat Cinta-nya Ahmad Dhani ketika menuju kawasan Cilandak pada Rabu malam lalu.
Eddy adalah salah satu pihak yang terkena imbas dari daftar hitam–yang juga disebut black list–yang dirilis PSSI. Dia risau ketika Gustavo Roberto Chena masuk kelompok 20 pemain yang tidak memenuhi syarat Manual Liga Indonesia 2008. Pemain berdarah Argentina yang pernah memperkuat Persija Jakarta dan PSMS Medan itu diyakini datang dari klub anggota divisi IV di negaranya.
Eddy tentu saja menjadi risau. Meski lelaki berdarah Aceh ini tak sulit menjelaskan kualifikasi yang dimiliki Chena, dia tak harus membenturkan kepala ke tembok. Dia cukup menjelaskan bahwa Chena adalah pemain dengan skill di atas rata-rata pemain asing, tidak banyak tingkah, dan berkelakuan baik. Secara kualitas, Chena masih pantas bermain di Indonesia. Tapi Chena mentok pada persyaratan administratif.
Daftar hitam bisa saja tidak dapat diubah menjadi daftar putih. Tapi, dari 70 pemain asing yang masuk daftar hitam, 50 persen lebih di antaranya berkulit hitam, mungkin saja satu atau dua pemain menjadi pengecualian. Ini tentu saja harus dilihat dari sisi mana menilainya.
Saya tidak dalam posisi memperjuangkan hak bermain para legiun asing itu. Juga tidak berusaha agar Chena meneruskan kontrak dengan Persik Kediri, yang sudah diawali dengan pembicaraan manis keduanya: Chena dan manajemen klub yang bermarkas di tepi Sungai Brantas itu.
Dari kasus daftar hitam ini, di mana saya tidak bisa berbuat apa-apa, saya melihat sikap-sikap humanis dan emosional yang dimiliki Eddy Syahputra, sang agen yang mendatangkan Chena dari Negeri Tango sana. Saya meyakini bahwa Eddy tak hanya mendatangkan dan menjual para pemain begitu saja. Dia tak ingin para pembelinya kecewa dan para pemilik klub pada akhirnya seperti membeli kucing dalam karung.
Dalam memperjualbelikan para pemain, Eddy menyelipkan cinta di sana. Cinta yang saya rasakan dari hati lelaki berpenampilan bersih ini ketika mengantar Tobias, anak lelaki Chena, ke Rumah Sakit Husni Thamrin di kawasan Salemba beberapa waktu lalu. Dari sikap yang dia miliki ini, Eddy sangat beralasan memperjuangkan Chena untuk dapat kembali bermain di Indonesia.
Saya tidak melihat ada motivasi lain ketika dia harus berusaha untuk Chena yang sudah menjadi teman baiknya itu. Yang saya rasakan, seperti kekuatan cinta yang terbangun di film Jerry Maguire antara agen pemain Jerry Maguire (Tom Cruise) dan Rod Tidwell (Cuba Gooding Jr), atlet rugbi eksentrik, seperti itu pula saya melihat cinta yang dimiliki Eddy Syahputra, agen pemain itu.
( Koran Tempo, Minggu, 23 Maret 2008, Ilustrasi Gaus Surahman )
cya said:
waw
mas yon punyah blog…
bisa belajar bola dari sini
*bertekad*
bams said:
“manajemen klub yang bermarkas di tepi Sungai Brantas itu” mas yon, emang benar ya letaknya markas manajemen persik itu pas di tepi sungai brantas ?
yonmoeis said:
ya, secara fisik tidak sangat dekat. markas persik kediri dan sungai (kali) brantas berjarak kurang dari satu kilometer. sungai (kali) brantas membelah kota kediri.
saya, juga koran tempo, memakai ‘klub yang bermarkas di tepi sugai brantas ini’ hanya untuk memberi warna penyebutan persik kediri yang juga boleh disebut klub yang berjulukan ‘macan putih’.
salam,
yonmoeis
bams said:
ic ic ic, saya rasa ini pilihan kata yang sangat bagus, pembaca akan terbawa imaginya ke tepi sungai brantas, tapi terus terang mas ya. saya kan suka jurnalistik-menulis- (sekarang jadi pimred majalah kampus mahasiswa hukum di Universitas udayana), kadang saya itu takut menulis yang konteksnya kayak diatas, jadi ada keragu-raguan untuk memilih – menghidupkan- kata. jadi ya begitulah keragu-raguan itu malah membawa tulisanku tidak hidup dan kelihatan membosankan. tapi sekarang setelah dapat pencerahan seperti ini insya allah tidak ragu lagi memilih kata. misal: kurang dari 1 kilometre bisa di sebut tepi. he he he…, terima kasih pencerahnya mas. boleh minta emailnya tidak? ini email saya bbg_2021@yahoo.co.id.